BacaSurat Shad Ayat 41 dengan text arab, latin, terjemah dan tafsir. Cepat dibuka, hemat kuota. seperti surat/ayat: Al-Hujurat 6, Al-'Ankabut 57, Luqman, Al-Bayyinah 5, Al-A'raf 26, Ali 'Imran 31. isi kandungan surat al isra ayat 24, tulisan salam yang benar latin, surah al-hujurat ayat 12-13, maka nikmat tuhan manakah yang kamu
Penjelasan kandungan Surat al-Hujurat ayat 13 sumber istimewa Asbabun nuzul Surat al-Hujurat berhubungan dengan berbagai macam persoalan. Adapun asbabun nuzul Surat al-Hujurat ayat 13 berkaitan dengan kesetaraan hak setiap manusia. - Surat al-Hujurat ayat 13 sangat menegaskan agar setiap manusia tidak menampakkan sikap diskriminatif. Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Surat al-Hujurat ayat 13 mengajarkan umat manusia untuk tidak memandang rendah karena berdasarkan etnis, agama atau bangsa. Semuanya layak mendapatkan perilaku yang sama dan merata. Baca Tafsir Surat Al-An'am Ayat 108, Larangan Mencaci Sesembahan Agama Lain Etnis, agama atau suku tidak boleh mengahalangi antar umat manusia untuk saling menghargai. Ketika menjalani kehidupan bersama, mereka akan hidup berdampingan tanpa membedakan atau menanyakan agama, golongan atau etnis. Surat al-Hujurat ayat 13 pada mulanya merupakan teguran kepada sebagian umat Islam yang memandang rendah orang lain berdasarkan status sosial. Kemudian, turunlah Surat al-Hujurat ayat 13 sebagai respon atas perilaku diskriminasi tersebut. يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" QS. al-Hujurat 13. Baca Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 10, Persatuan Umat Islam Dalam kitab al-Durr Al-Mantsur fi Tafsir Bil-Ma'tsur, Imam Suyuthi menjelaskan dua kisah yang berkaitan dengan turunnya Surat al-Hujurat ayat 13. Iman Ibnu Mundzir, Imam Abu Hatim dan Imam Baihaqi di dalam kitab ad-Dalail dari Imam Abi Mulaikah menceritakan salah satu kisah yang berkaitan dengan turunnya ayat. Diceritakan, pada waktu peristiwa Fathu Makkah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan sahabat Bilal bin Rabah untuk adzan di atas Ka'bah. Melihat Bilal bin Rabah adzan, sebagain penduduk Makkah mengatakan dengan nada sumbang. Ada yang berkata, budak hitam inikah yang azan di atas Kabah? Ada pula yang berkata, Apakah Muhammad tidak menemukan selain burung gagak ini untuk berazan? Ada juga yang mengatakan, Jika Allah membencinya, tentu akan menggantinya. Kemudian, turunlah Surat al-Hujurat ayat 13 sebagai respon atas peristiwa tersebut. Respon tersebut merupakan bentuk nyata bahwa Islam menegaskan persamaan kedudukan manusia. Tidak ada pembeda antara manusia berdasarkan suku bangsa, etnis, keturunan, warna kulut atau berdasarkan status soaial. Di mata Allah SWT, manusia mempunyai status yang sama dan mendapatkan perlakuan yang sama pula. Yang membedakan adalah tingkat ketakwaannya kepada Allah SWT. Baca Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 70, Pentingnya Berkata Jujur Prinsip-prinsip egaliterisme yang terkandung dalam Surat al-Hujurat ayat 13 ini mendorong terciptanya kehidupan masyarakat yang sejahtera. Sebeb, egalitarisme merupakan pondasi dasar perdamaian dan kedaiaman dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam Surat al-Hujurat ayat 13 dijelaskan, bahwa Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan serta menjadikannya bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal dan memahami satu sama lain. Kata lita'arofu bukan hanya sebatas saling mengenal, akan tetapi sampai pada titik saling memahami karakteristik dan psikologi masing-masing kelompok yang ada. Dengan demikian, sikap fanatisme dan sentimen kelompok dapat terhindarkan. Segala perbedaan menurut Surat al-Hujurat ayat 13 harus dijadikan dasar terciptanya kehidupan yang penuh warna dan keberagaman. [

AsbabunNuzul Surat Al Baqarah Ayat 286. Kita bisa melihat asbabun nuzul Surat Al Baqarah ayat 286 ini dlm hadits riwayat Imam Muslim dr Abu Hurairah. Bahwa tatkala ayat 284 turun, yg menjelaskan Allah akan melaksanakan perhitungan terhadap apa yg manusia perbuat baik oleh anggota badan maupun hatinya, sebagian sahabat mengadu pada Rasulullah

BAB III TAFSIR SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13 A. Asbabun Nuzul Berikut ini adalah bunyi lengkap surat al-Hujurat ayat 11-13 ⌦ ☺ ☺ ⌧ ☺ ⌧ 24 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha” QS. Al-Hujurat 49 11-13 Dalam suatu riwayat, ayat 11 surat al-Hujurat turun berkenaan dengan seorang laki-laki yang mempunyai dua atau tiga nama. Orang itu sering dipanggil dengan nama tertentu yang tidak ia senangi. Maka turunlah ayat ini sebagai larangan memberi gelar kepada orang lain, dengan nama-nama gelar di zaman jahiliah yang sangat banyak. Ketika Nabi SAW memanggil seseorang dengan gelarnya, ada orang yang memberitahukan kepada beliau bahwa gelar itu tidak disukainya. Maka turunlah ayat yang melarang memanggil orang dewasa yang tidak disukainya. 1 Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat 12 surat al-Hujurat turun berkenaan dengan Salman al-Farisi yang apabila selesai makan ia terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang mempergunjingkan perbuatannya itu. Maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang mengumpat menceritakan keaiban orang lain. 2 1 HQ Shaleh dan A Dahlan, Asbabun Nuzul, Bandung CV Penerbut Diponegoro, 1995, h. 473 2 HQ Shaleh dan A Dahlan, Asbabun Nuzul, Bandung CV Penerbut Diponegoro, 1995, h. 474 Sedangkan ayat 13 surat al-Hujurat turun ketika terjadi peristiwa penaklukan kota Makkah, Bilal naik ke atas panggung Ka’bah dan mengumandangkan azan. Berkatalah beberapa orang “apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka’bah ?”. Maka berkatalah yang lainnya “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya”. Ayat ini turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah yang paling takwa. 3 Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abi Mulaikah Dalam riwayat lain ayat ini turun berkenaan dengan Abi Hidin akan dikawinkan oleh Rasulullah kepada seorang wanita Bani Bayadlah. Bani Bayadlah berkata “Wahai Rasulullah pantaskah kalau kami mengawinkan puteri-puteri kami kepada budak-budak kami ?”. Ayat ini turun sebagai penjelasan bahwa dalam Islam tidak ada perbedaan antara bekas budak dengan orang merdeka. Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir di dalam kitab Mubhamad yang bersumber dari Abu bakar bin Abi Daud di dalam tafsirnya. B. Tafsir Surat al-Hujurat Ayat 11-13
Assalaamualaikum Subscribe! Like! Comment! whatever you want~ S O C I A L M E D I A💟Instagram : Facebook :
Ayat 1, yaitu firman Allah ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” al-Hujuraat 1 Sebab Turunnya Ayat Imam Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abi Malakah bahwa Abdullah ibnuz-Zubair mengatakan kepadanya, “Suatu ketika sekelompok orang dari Bani Tamim datang mengahdap Rasulullah. Abu Bakar lalu berkata, Jadikanlah al-Qa’qa’ bin Ma’bad sebagai pimpinannya.’ Akan tetapi, Umar berkata, Tidak, tetapi yang lebih tepat dijadikan pemimpinnya adalah al-Aqra bin Habis.’ Mendengar ucapan itu, Abu Bakar berkata, Engkau sebenarnya hanya ingin berbeda pendapat dengan saya.” Akan tetapi, Umar menjawab, Saya tidak bermaksud menentang pendapat engkau.’ Keduanya lantas terlibat perdebatan hingga intonasi suara mereka meninggi. Berkenaan dengan kejadian itu, turunlah ayat ini sampai ayat 5, Dan sekiranya mereka bersabar sampai engkau keluar menemui mereka, tentu akan lebih baik bagi mereka….'” 490 Ibnul Mundzir meriwayatkan dari al-Hasan, “Pada hari raya Kurban, di antara para sahabat ada yang menyembelih kurbannya sebelum Rasulullah. Rasulullah lantas menyuruh mereka untuk mengulangi kurbannya kembali. Setelah itu, turunlah ayat, Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya,…'” Ibnu Abi Dunya meriwayatkan dalam kitab al-Adhaahi riwayat yang senada, namun dengan lafazh, “Ada seorang laki-laki yang menyembelih kurbannya sebelum shalat Idul Adha. Sebagai responnya, turunlah ayat, Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya,…'” Imam ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab al-Ausath dari Aisyah yang berkata, “Ada beberapa orang yang memajukan datangnya bulan baru sehingga mereka berpuasa sebelum Nabi saw.. Allah lalu menurunkan ayat, Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya,…'” Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah, “Disampaikan kepada kami bahwa beberapa orang sahabat pernah berkata, Jika saja Allah menurunkan hal ini dan itu.’ Allah lantas menurunkan ayat, Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya,…'” Ayat 2, yaitu firman Allah ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus pahala amalanmu , sedangkan kamu tidak menyadari.” al-Hujuraat 2 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah yang berkata, “Di antara sahabat ada yang mengeraskan suara dalam berbicara dengan Rasulullah. Allah lalu menurunkan ayat ini.” Ayat 3, yaitu firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” al-Hujuraat 3 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad bin Tsabit bin Qais bin Syamas yang berkata, “Tatkala turun ayat 2, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi…,’ Tsabit bin Qais terlihat duduk di tengah jalan sambil menangis. Tidak lama berselang, Ashim bin Uday bin Ajlan lewat di hadapannya. Ashim lalu bertanya, “Kenapa engkau menangis?’ Tsabit menjawab, Karena ayat ini. Saya sangat takut jika ayat ini turun berkenaan dengan saya karena saya adalah seorang yang bersuara keras dalam berbicara.’ Ashim lantas melaporkan hal itu kepada Rasulullah. Beliau kemudian memanggil Tsabit dan berkata, Sukakah engkau hidup dalam kemuliaan dan nantinya meninggal dalam keadaan syahid?’ Tsabit segera menjawab, “Ya, saya senang dengan kabar gembira yang saya terima dari Allah dan Rasul-Nya ini. Saya berjanji tidak akan pernah lagi berbicara lebih keras dari suara Rasulullah.’ Allah lalu menurunkan ayat 3, Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah,…'” Ayat 4, yaitu firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau Muhammad dari luar kamarmu kebanyakan mereka tidak mengerti.” al-Hujuraat 4 Sebab Turunnnya Ayat Imam ath-Thabrani dan Abu Ya’la dengan sanad yang berkualitas hasan meriwayatkan dari Zaid bin Arqam yang berkata, “Beberapa orang Badui datang ke dekat kamar Rasulullah dan mulai memangil-manggil, Wahai Muhammad! Wahai Muhammad!’ Allah lantas menurunkan ayat ini. Abdurrazzaq meriwayatkan dari Muammar dari Qatadah bahwa seorang laki-laki mendatangi rumah Nabi saw. dan berkata dengan suara keras, “Wahai Muhammad, sesungguhnya memuji saya adalah perbuatan mulia, sebaliknya mencela saya adalah suatu keburukan.” Rasulullah lantas keluar menemuinya seraya berkata, “Celaka engkau, hal sperti itu hanya untuk Allah swt..” Selanjunya, turunlah ayat ini. Hadits di atas berstatus mursal. 491 Akan tetapi, ia didukung dengan beberapa riwayat lain yang marfu’, 492 antara lain sebagai berikut. Hadits dari Barra dan lainnya yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, namun tanpa menyebutkan turunnya ayat. Riwayat dari Ibnu Jarir dari al-Hasan. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Aqra’ bin Habis bahwa ia memanggil Nabi saw. dari balik dinding kamar, tetapi beliau tidak menyahut. Ia lantas berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya memuji saya adalah perbuatan mulia, sebaliknya mencela saya adalah keburukan.” Rasululah lantas menjawab, “Hal yang seperti itu hanya untuk Allah.” 493 Ibnu Jarir dan lainnya juga meriwayatkan dari Aqra’ bahwa ia mendatangi Nabi saw. dan berkata, “Wahai Muhammad, keluarlah dan temui kami!” Sebagai responnya, turunlah ayat ini. Ayat 6, yaitu firman Allah ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” al-Hujuraat 6 Sebab Turunnya Ayat Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dengan sanad yang baik dari Harits bin Dhirar al-Khuza’i yang berkata, “Suatu ketika, saya mendatangi Rasulullah. Beliau lalu menyeru saya masuk Islam dan saya menyambutnya. Setelah itu, beliau menyeru saya untuk membayar zakat dan saya pun langsung menyetujuinya. Saya kemudian berkata, Wahai Rasulullah, izinkan saya kembali ke tengah-tengah kaum saya agar saya dapat menyeru mereka kepada Islam dan menunaikan zakat. Bagi mereka yang memenuhi seruan saya itu maka saya akan mengumpulkan zakat mereka. Setelah itu, hendaklah engkau mengutus seorang utusanmu ke Iban dan di sana saya akan menyerahkan zakat yang terkumpul tersebut.'” Setelah Harits menghimpun zakat dari kaumnya, ia lalu berangkat ke Iban. Akan tetapi, sesampainya di sana ternyata ia tidak menemukan utusan Rasulullah. Harits lantas menyangka bahwa terlah terjadi susuatu yang membuat Allah dan Rasulullah marah kepadanya. Ia lalu mengumpulkan para pemuka kaumnya dan berkata, “Sesungguhnya Rasulullah sebelumnya telah menetapkan waktu di mana beliau akan mengirimkan utusan untuk menjemput zakat yang telah saya himpun ini . Rasulullah tidak mungkin ingkar janji. Utusan beliau tidak mungkin tidak datang kecuali disebabkan adanya sesuatu yang membuat beliau marah. Oleh sebab itu, mari kita menghadap kepada Rasulullah.” Sementara itu, Rasulullah mengutus Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat dari kaum Harits. Namun, ketika baru berjalan beberapa lama, timbul perasaan takut dalam diri Walid, sehingga ia pun kembali pulang ke Madinah. Sesampainya di hadapan Rasulullah itulah, ia lalu berkata, “Sesungguhnya Harits menolak untuk menyerahkan zakat yang dijanjjikannya, Bahkan ia juga bermaksud membunuh saya.” Mendengar hal itu, Rasulullah segera mengirim utusan untuk menemui Harits. Ketika melihat utusan tersebut, Harits dan kaumnya dengan cepat menghampiri mereka seraya bertanya, “Ke mana kalian diutus?” Utusan Rasulullah itu menjawab, “Kepadamu.” Harits bertanya, “Kenapa?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah telah mengutus Walid bin Uqbah kepadamu. Akan tetapi, ia melaporkan bahwa engkau telah menolak menyerahkan zakat dan juga bermaksud membunuhnya.” Dengan kaget, Harits menjawab, “Demi Allah yang mengutus Muhammad dengan membawa kebenaran, saya sungguh tidak melihatnya dan ia tidak pernah mendatangi saya.” Pada saat itu Harits menemu Rasulullah, beliau langsung berkata, “Apakah engkau menolak untuk menyerahkan zakatmu dan juga bermaksud membunuh utusan saya?” Ia lalu menjawab, “Demi Zat yang mengutus engkau dengan membawa kebenaran, saya tidak pernah melakukannya.” Tidak lama berselang, turunlah ayat, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti,…” hingga ayat 8, “Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” Para perawi hadits ini adalah orang-orang terpercaya. Imam ath-Thabrani juga meriwayatkan hal serupa dari Jabir bin Abdullah, Alqamah bin Najiyah, dan Ummu Salamah. Selain itu, Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari al-Ufi dari Ibnu Abbas. Ayat 9, yaitu firman Allah ta’ala, “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” al-Hujuraat 9 Sebab Turunnya Ayat Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa suatu ketika Rasulullah mengendariai keledainya menemui Abdullah bin Ubay. Abdullah bin Ubay lantas berkata, “Menjauhlah dari saya karena bau busuk keledaimu telah membuat saya tidak nyaman.” Seorang laki-laki dari kalangan Anshar dengan cepat menjawab, “Demi Allah, sungguh bau keledai Rasulullah ini lebih wangi darimu.” Mendengar ucapan laki-laki itu, seseorang yang berasal dari suku yang sama dengan Abdullah marah. Akibatnya, pertengkaran antara kedua kelompok tersebut tidak terhindari sehingga mereka saling pukul dengan menggunakan pelepah kurma, tangan, dan terompah. Tidak lama berselang, turunlah ayat ini. 494 Sa’id bin Manshur dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Malik yang berkata, “Suatu hari, terjadi pertengkaran antara dua orang laki-laki muslim. Hal itu mengakibatkan kabilah yang satu ikut marah pada yang lain, demikian pula sebaliknya. Kedua kelompok itu pun lantas terlibat perkelahian massal dengan menggunakan tangan dan terompah. Allah lalu menurunkan ayat, Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya.'” Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Suddi yang berkata, “Ada seorang laki-laki Anshar bernama Imran. Ia memiliki seorang istri yang biasa dipanggil Ummu Zaid. Suatu hari, istrinya itu bermaksud mengunjungi salah seorang keluarganya, tetapi sang suami melarangnya dan mengurungnya di loteng rumah. Wanita itu lantas menginformasikan hal tersebut kepada kaumnya sehingga mereka langsung berdatangan untuk mengeluarkan dari tempat itu dan membawa pergi. Sang suami yang mengetahui hal itu lalu juga meminta bantuan kepada kaumnya. Keluarga dari pihak paman laki-laki itu pun lalu berdatangan dan mencoba untuk menghalangi wanita itu dari keluarganya. Akhirnya, kedua kelompok terlibat perkelahian dengan menggunakan pelepah kurma dan terompah. Berkenaan dengan mereka inilah turun ayat, Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya.” Rasulullah lantas mengirim utusan untuk mendamaikan kedua kelompok tersebut. Mereka akhirnya menyerahkan penyelesaiannya pada keputusan Allah.” Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-Hasan yang berkata, “Suatu ketika, terjadi pertikaian antara dua kelompok. Ketika mereka diseru kepada penyelesaian, mereka pun menolak. Sebagai responnya, turunlah ayat kesembilan ini.” Dari Qatadah, diriwayatkan, “Diinformasikan kepada kami bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua orang laki-laki Anshar yang di antara keduanya terjadi persengketaan dalam hak tertentu. Salah seorang dari mereka lalu berkata, Sungguh saya akan merebutnya darimu, walaupun dengan kekerasan.’ Laki-laki yang kedua mencoba untuuk mengajaknya meminta keputusan kepada Rasulullah, tetapi ia menolaknya. Persengketaan itu terus berlangsung hingga akhirnya terjadi perkelahian di antara kedua pihak. Mereka pun saling memukul dengan tangan dan terompah. Untung saja perkelahian tersebut tidak berlanjut menggunakan pedang.” Ayat 11, yaitu firman Allah ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” al-Hujuraat 11 Sebab Turunnya Ayat Penulis kitab sunan yang empat meriwayatkan dari Abu Jabirah ibnudh-Dhahhak yang berkata, “Adakalanya seorang laki-laki memiliki dua atau tiga nama panggilan. Boleh jadi ia kemudian dipanggil dengan nama yang tidak disenanginya. Sebagai responsnya turunlah ayat, “…dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk…'” Imam at-Tirmidzi menyatakan bahwa riwayat ini berkualitas hasan. 495 Imam al-Hakim dan lainnya juga meriwayatkan dari Abu Jabirah yang berkata, “Pada masa jahiliah dahulu, orang-orang biasa digelari dengan nama-nama tertentu. Suatu ketika, Rasulullah memanggil seorang laki-laki dengan gelarnya. Seseorang lalu berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya gelar yang engkau sebut itu adalah yang tidak disenanginya.’ Allah lalu menurunkan ayat, …dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk…'” Dalam riwayat dari Imam Ahmad ang juga dari Abu Jabirah disebutkan, “Ayat ini turun berkenaan dengankami, Bani Salamah. Pada saat Nabi saw. sampai di Madinah, setiap laki-laki dari kami pasti memiliki dua atau tiga nama panggilan. Suatu ketika, Nabi saw. memanggil salah seorang dari mereka dengan nama tertentu. Orang-orang lalu berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia marah dengan panggilan tersebut.’ Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini.” Ayat 12, yaitu firman Allah ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” al-Hujuraat 12 Sebab Turunnya Ayat Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij yang berkata, “Orang banyak menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Salman al-Farisi. Suatu ketika, Salman memakan sesuatu kemudian tidur lalu mengorok. Seseorang yang mengetahui hal tersebut lantas menyebarkan perihal makan dan tidurnya Salman tadi kepada orang banyak. Akibatnya, turunlah ayat ini.” Ayat 13, yaitu firman Allah ta’ala, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” al-Hujuraat 13 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abi Malakah yang berkata, “Setelah pembebasan kota Mekah, Bilal naik ke atas Ka’bah lalu mengumandangkan azan. Melihat hal itu, sebagian orang lalu berkata, “Bagaimana mungkin budak hitam ini yang justru mengumandangkan azan di atas Ka’bah!’ Sebagian yang lain berkata dengan nada mengejek, Apakah Allah akan murka kalau bukan di ayang mengumandangkan azan?’ Allah lalu menurunkan ayat ini.” Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab al-Mubhamaat, “Saya menemukan tulisan tangan dari Ibnu Basykual yang menyebutkan bahwa Abu Bakar bin Abi Dawud meriwayatkan dalam kitab tafisrnya, Ayat ini turun berkenaan dengan Abi Hindun. Suatu ketika, Rasulullah menyuruh Bani Bayadhah untuk menikahkan Abu Hindun ini dengan wanita dari suku mereka. Akan tetapi, mereka berkata, Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin kami akan menikahkan anak wanita kami dengan seorang budak.’ Sebagai responnya, turunlah ayat ini.'” Ayat 17, yaitu firman Allah ta’ala, “Mereka merasa telah memberi ni’mat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah “Janganlah kamu merasa telah memberi ni’mat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan ni’mat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” al-Hujuraat 17 Sebab Turunnya Ayat Imam ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang baik dari Abdullah bin Abi Aufa bahwa suatu ketika sekelompok Arab Badui datang kepada Rasulullah dan berkata, Wahai Rasulullah, kami telah masuk Islam dan tidak memerangi engkau, sementara Bani Fulan tetap memerangi engkau.” Allah lalu menurunkan ayat ini. Al-Bazzar meriwayatkan riwayat yang mirip dengan itu dari Said bin Jabir dari Ibnu Abbas. Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan hal yang sama dari al-Hasan, tetapi dengan tambahan keterangan bahwa hal itu terjadi pada saat berlangsungnya Fathu Makkah. Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurazi yang berkata, “Pada tahun kesembilan, sepuluh orang dari Bani Asad mendatangi Nabi saw. dan di antara mereka terdapat Thalhah bin Khuwailid. Sementara itu, Rasulullah tengah duduk di masjid bersama para sahabat. Setelah memberi salam kepada Rasulullah, juru bicara mereka lalu berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah hamba dan utusan-Nya. Sekarang kami datang kepada engaku wahai Rasulullah padahal engkau tidak mengirim seorang pun untuk memanggil kami. Selain itu, kami juga menebarkan rasa aman pada orang-orang di sekitar kami.’ Allah lantas menurunkan ayat, Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislamam mereka…'” Said bin Manshur meriwayatkan dalam kitabnya dari Said bin Jabir yang berkata, “Beberapa orang laki-laki dari Bani Asad datang kepada Rasulullah. Mereka lalu berkata Kami datang kepada engkau dengan tidak memerangi engkau.’ Sebagai responsnya, Allah menurunkan ayat, Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka….'” 490. Shahih Bukhari, kitab al-Maghaaziy, hadits nomor 4367; Sunan at-Tirmidzi, kitab at-Tafsiir, hadits nomor 3266. 491. Hadits yang tidak menyebutkan rawi di tingkat sahabat, tetapi dari tabi’in langsung kepada Nabi saw.. 492. Hadits yang sanadnya bersambung hingga ke Nabi saw. tanpa ada yang terputus rawinya. 493. Musnad Ahmad, jilid. 3, hlm. 488. 494. Shahih Bukhari, kitab as-Shulh, hadits nomor 2691, Shahih Muslim, kitab al-Jihad wa as-Siyar, hadits nomor 1799. 495. Sunan at-Tirmidzi, kitab at-Tafsiir, hadits nomor 3268 dan Sunan Abi Dawud, kitab al-Adaab, hadits nomor 4962. Sumber Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie Gema Insani, hlm. 520 – 531. Post Views 112 DalamNadzm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar, al-Biqa'i menyebutkan beberapa makna lain seperti perak, tanah, taman yang hijau, sosok yang gagah, dan burung merak. Menurut M. Quraish Shihab, kata wasathan yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 143 menunjukkan posisi pertengahan. Kata ini mengisyaratkan bukan hanya menjadikan manusia بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ﴿١١﴾ yā ayyuhallażīna āmanụ lā yaskhar qaumum ming qaumin 'asā ay yakụnụ khairam min-hum wa lā nisā`um min nisā`in 'asā ay yakunna khairam min-hunn, wa lā talmizū anfusakum wa lā tanābazụ bil-alqāb, bi`sa lismul-fusụqu ba'dal-īmān, wa mal lam yatub fa ulā`ika humuẓ-ẓālimụn Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diperolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olokkan perempuan lain karena boleh jadi perempuan yang diperolok-olokkan lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk fasik setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. 11 Sebab Turunnya Ayat Penyusun kitab sunan yang empat meriwayatkan dari Abu Jabirah Ibnudh-Dhahhak yang berkata, “Adakalanya seorang laki-laki memiliki dia atau tiga nama panggilan. Boleh jadi ia kemudian dipanggil dengan nama yang tidak disenanginya. Sebagai responsnya, turunlah ayat, “...dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk...” Imam At-Tirmidzi menyatakan bahwa riwayat ini berkualitas hasanImam Al-Hakim dan lainnya juga meriwayatkan, “Pada masa jahiliyyah dahulu, orang-orang biasa digelari dengan nama-nama tertentu. Suatu ketika, Rasulullah memanggil seorang laki-laki dengan gelarnya. Seseorang lalu berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya gelar yang engkau sebut itu adalah gelar yang tidak disenanginya.’ Allah menurunkan ayat, “...dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk...”Dalam riwayat Imam Ahmad yang juga dari Abu Jabirah disebutkan, “Ayat ini turun berkenaan dengan kami, Bani Salamah. Pada saat Nabi saw sampai di Madinah, setiap laki-laki dari kami pasti memiliki dua atau tiga nama panggilan. Suatu ketika, Nabi Saw memanggil salah seorang dari mereka dengan nama tertentu. Orang-orang lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia marah dengan panggilan tersebut.’ Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini.”
Yaituberbagi sebuah hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Quran (Qur'an/al Qur'an), baik sebagai penjelasan, implementasi kandungan makna sebuah ayat, maupun sebagai Asbabun Nuzul sebuah ayat al Quran. Sebelumnya, kami telah berbagi hadits Bukhari nomor 4174 yang matannya berkaitan dengan Quran Surat al Baqarah[2] ayat 266.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ﴿١٣﴾ yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. 13 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abi Mulaikah yang berkata, “Setelah pembebasan kota Mekkah, Bilal naik ke atas Ka’bah lalu mengumandangkan azan. Melihat hal itu, sebagian orang lalu berkata, “Bagaimana mungkin budak hitam ini yang justru mengumandangkan azan di atas Ka’bah!’ sebagian yang lain berkata dengan nada mengejek, Apakah Allah akan murka kalau bukan dia yang mengumandangkan azan?’ Allah lalu menurunkan ayat ini.”Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab Al-Mubhamaat, “Saya menemukan tulisan tangan dari Ibnu Basykual yang menyebutkan bahwa Abu Bakar bin Abi Dawud meriwayatkan dalam kitab tafsirnya, Ayat ini turun berkenaan dengan Abi Hindun. Suatu ketika, Rasulullah menyuruh Bani Bayadhah untuk menikahkan Abu Hindun ini dengan wanita dari suku mereka. Akan tetapi, mereka berkata, Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin kami akan menikahkan anak wanita kami dengan seorang budak.’ Sebagai responsnya turunlah ayat ini.’ ” SababunNuzul mengalami perkembangan dari yang asalnya berorientasi pada sumber riwayat hadis an sich menuju sababun nuzul mikro dan makro. Pengembangan ini dilakukan untuk membumikan Al-Quran sebagai kitab yang menyejarah, agar senantiasa dapat berdialog dengan realitas. Selain itu, kita juga semakin mudah menemukan makna dan signifikansi ayat.
Jakarta - Mengenai keberagaman bangsa antar umat manusia, Allah SWT sengaja menciptakannya demikian karena terdapat hikmah tertentu. Meskipun ada kemajemukan, semua manusia tetaplah sama di sisi-Nya. Adapun yang membedakan hanyalah ketakwaan mereka kepada-Nya, sebagaimana dalam Surat Al-Hujurat ayat النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌArab Latin Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr Artinya "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menjelaskan, melalui ayat ini Allah SWT mengabarkan bahwa Dialah yang menjadikan seluruh manusia dari satu jiwa, yakni Nabi Adam AS. Yang mana ia merupakan manusia pertama yang Dia dari tulang rusuk Adam AS ini, Dia menjadikan Hawwa sebagai pendampingnya. Lalu dari keduanya itu, Dia menjadikan manusia berbeda-beda bangsa, suku, budaya, ras, dan sebagainya. Tujuan-Nya menciptakan keanekaragaman tersebut supaya sesama mereka saling mengenal dan menjalin hubungan dengan adanya perbedaan, banyak manusia yang membanggakan ras mereka masing-masing sehingga mengejek dan merendahkan bangsa lainnya. Padahal pada penggalan selanjutnya dari Surat Al-Hujurat ayat 13, Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah SWT bila ketaatan dan ketakwaan lah yang membedakan derajat manusia di sisi-Nya. Bukan Nuzul Surat Al-Hujurat ayat 13Mengutip Tafsir Tahlili Kementerian Agama Kemenag Jilid , ada suatu peristiwa mengenai seorang sahabat nabi, yakni Abu Hindin yang melatarbelakangi turunnya ayat ini. Di mana Abu Hindin ini adalah seorang hamba sahaya yang senantiasa takzim kepada Rasulullah pun menyuruh Bani Bayadah untuk menikahkan Abu Hindin dengan seorang gadis dari suku mereka. Namun mereka mengucapkan, 'Apakah patut bagi kami mengawinkan anak-anak perempuan kami dengan budak-budak?'Kemudian Allah SWT menurunkan ayat ini agar manusia tidak menghina seseorang karena memandang rendah riwayat lain juga dikabarkan bahwa ketika Fathul Makkah pada tahun 8 Hijriah, Nabi SAW memerintah Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan adzan, berseru agar kaum muslim mendirikan sholat melihat Bilal hendak beradzan di Kakbah, seseorang berkata, 'Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku sehingga tidak sempat menyaksikan peristiwa hari ini.'Yang lainnya juga ada yang menuturkan, 'Muhammad tidak akan menemukan orang lain untuk beradzan kecuali burung gagak yang hitam ini.'Keduanya mencemooh Bilal lantaran warna kulitnya yang hitam dan dulunya adalah seorang hamba sahaya. Maka Malaikat Jibril datang dan memberitahukan ini kepada Rasulullah SAW atas apa yang diucapkan turunlah ayat ini yang melarang manusia menyombongkan diri karena kedudukan, pangkat, harta kekayaan, keturunan dan mengejek orang-orang miskin. Yang mana hanya ketakwaan kepada Allah yang menjadikan seseorang berbeda dan mulia di Bertakwa Yang Paling Mulia di Sisi Allah SWTDalam sejumlah sabda, Nabi SAW menyatakan bila ketakwaan yang menjadikan manusia berbeda derajat dan kemuliaannya. Menukil dari Tafsir Ibnu Katsir, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya, 'Siapakah orang yang paling mulia?' Beliau menjawab "Yang paling mulia di antara mereka di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara mereka." HR BukhariRiwayat lain dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan kalian." HR MuslimDari Abu Dzar, Rasulullah SAW pernah menuturkan kepadanya, "Lihatlah, sesungguhnya engkau tidaklah lebih baik dari orang kulit merah dan hitam kecuali jika engkau melebihkan diri dengan ketakwaan kepada Allah." HR AhmadDarrah binti Abu Lahab meriwayatkan sebuah hadits, ia berkata 'Ada seorang laki-laki yang berdiri menemui Nabi SAW yang ketika itu tengah berada di atas mimbar, lalu ia berkata 'Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling baik itu?' Rasulullah SAW menjawab "Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik bacaan Al-Qur'an nya, paling bertakwa kepada Allah SWT, paling gigih menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, dan paling giat menyambung tali silaturahmi." HR AhmadDemikian penjelasan Surat Al-Hujurat ayat 13 yang menerangkan hanya ketakwaan yang membedakan manusia di sisi Allah SWT, selainnya Video "Jangan Mengibliskan Malaikat dan Sebaliknya" [GambasVideo 20detik] lus/lus
Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia imran 18 alh hujurat ayat 10 19 ilmu 20 dalil+kitab+injil 21 an nisa ayat 29 22 Haji 23 sedekah 24 ibrahim ayat 7 25 ikhlas 26 yunus 58 27 al hujurat ayat 13 28 1 48 Sedikit 49 Tentang riba 50 ar rahman 33 51 Puasa 52 an nahl ayat 90 53 al baqarah ayat 32 54 ali imran 159 55
SubJudul Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'anJumlah 652 HalamanOleh Imam As-SuyuthiPenerbit Pustaka Al-KautsarKomentar Admin"Memahami ayat-ayat al-Qur’an tidak dapat dilakukan hanya bersandar kepada makna harfiah semata, tetapi harus didukung oleh sebab-sebab turunnya ayat, urutan turunnya ayat, sebab, dan tujuan diturunkannya. Pemahaman tersebut akan mengantar keyakinan umat terhadap kemurnian al-Qur’an sehingga tidak ada yang dapat melakukan perubahan maupun penggantian di Asbâbun Nuzûl karya ulama terkemuka Imam as-Suyuthi ini membahas latar belakang historis turunnya ayat-ayat al-Qur’an atau yang disebut Asbâbun Nuzûl, yaitu rangkaian peristiwa berdasarkan riwayat dari para sahabat dan tabi’in serta penukilan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan melalui tarjih antara berbagai dalil atau menghimpun berbagai dalil yang kerap terdapat pertentangan di dalamnya. Misalnya mengetahui Makiyah dan Madaniyah, nâsikh dan mansûkh, dan sejarah hukum Islam dalam al-Qur’an. Dengan mengetahui ayat al-Qur’an yang pertama kali turun dan yang terakhir turun maka kita juga dapat menetapkan rentang waktu turunnya al-Qur’an kepada Rasulullah ini merupakan edisi cetakan yang memiliki keunggulan karena ditahqiq dengan merujuk kepada kitab-kitab tafsir dan kitab Asbâbun Nuzûl karya Al-Wahidi. Selain itu, hadis-hadisnya ditakhrîj dengan cermat sehingga dapat diketahui statusnya; sahih atau dha’îf lemah. Oleh karena itu pantaslah jika buku ini menjadi rujukan umat yang tengah haus akan ilmu."
Jelaskanasbabunnuzul (sebab turunnya) surat Al Hujurat ayat 13 besok kumpulkan makasih - 9667813. ASELVI1 ASELVI1 02.03.2017 B. Arab Sekolah Dasar terjawab Jelaskan asbabunnuzul (sebab turunnya) surat Al Hujurat ayat 13 besok kumpulkan makasih 1 Lihat jawaban Iklan Iklan voJVEw.
  • l7l8jde2mz.pages.dev/34
  • l7l8jde2mz.pages.dev/233
  • l7l8jde2mz.pages.dev/318
  • l7l8jde2mz.pages.dev/83
  • l7l8jde2mz.pages.dev/54
  • l7l8jde2mz.pages.dev/215
  • l7l8jde2mz.pages.dev/427
  • l7l8jde2mz.pages.dev/334
  • asbabun nuzul surat al hujurat ayat 13